Minggu, 09 November 2014
TENTANG LARAS
L A R A S
Pada saat digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa masuk dalam berbagai
laras sesuai dengan fungsi pemakaiannya. Jadi, laras bahasa adalah kesesuaian
antara bahasa dan pemakaiannya. Dalam hal ini kita mengenal iklan, laras ilmiah,
laras ilmiah populer, laras feature, laras komik, laras
sastra, yang masih dapat dibagi atas laras cerpen, laras puisi, laras novel,
dan sebagainya.
Setiap laras memiliki cirinya sendiri dan memiliki gaya tersendiri. Setiap
laras dapat disampaikan secara lisan atau tulis dan dalam bentuk standar, semi
standar, atau nonstandar. Laras bahasa yang akan kita bahas dalam kesempatan
ini adalah laras ilmiah.
Laras llmiah
Dalam uraian di atas dikatakan bahwa setiap laras dapat disampaikan dalam
ragam standar, semi standar, atau nonstandar. Akan tetapi, tidak demikian
halnya dengan laras ilmiah. Laras ilmiah harus selalu menggunakan ragam
standar.
Sebuah karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan
hasil pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis
karya ilmiah menyusun kembali pelbagai bahan informasi menjadi sebuah karangan
yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat karya ilmiah tidak
disebut pengarang melainkan disebut penulis (Soeseno,
1981: 1).
Dalam uraian di atas dibedakan antara pengertian realitas dan fakta.
Seorang pengarang akan merangkaikan realita kehidupan dalam sebuah cerita,
sedangkan seorang penulis akan merangkaikan berbagai fakta dalam sebuah
tulisan. Realistis berarti bahwa peristiwa yang diceritakan merupakan hal yang
benar dan dapat dengan mudah dibuktikan kebenarannya, tetapi tidak secara
langsung dialami oleh penulis. Data realistis dapat berasal dan dokumen, surat
keterangan, press release, surat kabar atau sumber bacaan
lain, bahkan suatu peristiwa faktual. Faktual berarti bahwa rangkaian peristiwa
atau percobaan yang diceritakan benar-benar dilihat, dirasakan, dan dialami
oleh penulis (Marahimin, 1994: 378).
Karya ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas. Meskipun demikian,
dalam karya ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama. Oleh
karenanya, berbagai kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap harus
dipikirkan. Penulisan karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran
tetapi untuk menyampaikan hasil penelitian. Kita harus dapat meyakinkan pembaca
akan kebenaran hasil yang kita temukan di lapangan. Dapat pula, kita
menumbangkan sebuah teori berdasarkan hasil penelitian kita. Jadi, sebuah karya
ilmiah tetap harus dapat secara jelas menyampaikan pesan kepada pembacanya.
Persyaratan bagi sebuah tulisan untuk dianggap sebagai karya ilmiah adalah
sebagai berikut (Brotowidjojo, 1988: 15-16).
1. Karya ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau
menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
2. Karya ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan
tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung
sikap etik penulisan ilmiah, yakni penyebutan rujukan dan kutipan yang jelas.
3. Karya ilmiah disusun secara sistematis, setiap langkah
direncanakan secara terkendali, konseptual, dan prosedural.
4. Karya ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan
pemahaman dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik
kesimpulan.
5. Karya ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan
pembuktian berdasarkan suatu hipotesis.
6. Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal itu berarti bahwa
karya ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing
pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi
fakta, tidak bersifat ambisius dan berprasangka. Penyajiannya tidak boleh
bersifat emotif.
7. Karya ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris. Jika pada
akhirnya timbul kesan argumentatif dan persuasif, hal itu ditimbulkan oleh
penyusunan kerangka karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta dan hukum alam
yang diterapkan pada situasi spesifik itu dibiarkan berbicara sendiri. Pembaca
dibiarkan mengambil kesimpulan sendiri berupa pembenaran dan keyakinan akan
kebenaran karya ilmiah tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dari segi bahasa, dapat dikatakan bahwa karya
ilmiah memiliki tiga ciri, yaitu :
1. harus tepat dan tunggal makna, tidak remang nalar atau mendua
makna
2. harus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan
pengertian yang digunakan, agar tidak menimbulkan kerancuan atau keraguan
3. harus singkat, berlandaskan ekonomi bahasa.
Langganan:
Postingan (Atom)