JENIS
TULISAN
Sebelum
mengarang, apalagi karangan ilmiah, seseorang harus paham terlebih dahulu
mengenai apa itu karangan dan jenis-jenisnya. Dengan begitu, seorang penulis
dapat menentukan jenis karangan yang akan dibuatnya dan memudahkan yang
bersangkutan menyusun kerangkanya sehingga tujuan ia menulis dapat tercapai.
Pada
dasarnya, mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk
menjabarkan dan atau menguas topik tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa
karangan (Finoza, 2008: 228). Selain itu, harus pula dipahami bahwa karangan
dapat bersifat nonilmiah, semiilmiah atau ilmiah populer, dan ilmiah. Ketiganya
memiliki sejumlah perbedaan seperti terlihat pada tabel berikut ini.
a. Eksposisi
Karangan eksposisi
merupakan wacana yang
bertujuan memberikan panjelasan,
informasi, keterangan, dan pemahaman kepada pembaca atau pendengar tentang
suatu hal. Tulisan jenis ini biasanya menguraikan sebuah proses atau suatu hal
yang belum diketahu oleh pembaca atau proses kerja suatu benda (Keraf, 1977:
110).
Sebuah tulisan
ekspositoris semata-mata hanya memberikan informasi dan tidak bertujuan lain,
seperi misalnya berpromosi atau menggiring pembaca agar setuju dengan apa yang
dijelaskan di dalamnya. Jenis karangan ini dapat kita temukan dalam kehidupan
sehari-hari di media massa, seperti berita politik, berita kriminal, atau lainnya. Karena sifatnya yang
memaparkan, karangan eksposisi dapat juga disebut paparan. Teks di bawah ini merupakan contoh eksposisi
di media massa.
Kilau Batu Berharga
Bebatuan berharga muncul mempercantik aksesori. Kenali jenis bebatuan yang
mayoritas terbuat dari kandungan mineral ini, yuk!
Berlian
Berasal dari atom karbon yang dibentuk di bawah tekanan sangat tinggi dan
terkubur amat sangat dalam di bawah tanah. Berlian berharga mahal karena selain
cantik, batu ini juga sangat sulit ditemukan di dunia dan melalui proses
pengolahan yang sulit. Permukaan berlian tidak bisa basah oleh air, namun
sangat rentan terhadap minyak. Berlian dinilai dari kejelasan (clarity),
warna (color), dan potongannya (cut). Indonesia adalah salah satu
penghasil berlian yang terbaik!
Amethyst
Amethyst adalah jenis batuan yang paling berharga dan mudah dikenali.
Amethyst memiliki nuansa warna ungu, dari ungu tua hingga merah pucat keunguan.
Amethyst dapat ditemukan di berbagai benua. Amethyst paling langka dan sangat
berharga adalah jenis Deep Russian.
Sapphire
Batu berharga ini terbuat dari jenis
mineral corundum, lebih tepatnya aluminium oxide. Pengaruh elemen
lain, yaitu zat besi, titanium, chromium, copper, atau magnesium membuat
Sapphire memiliki banyak warna, dari biru, kuning, pink, ungu, orange,
atau hijau. Batu ini dapat ditemukan di lapisan sedimen. Batu Sapphire sangat
kuat sehingga tidak hanya digunakan di dunia aksesori saja namun juga alat-alat
high-tech seperti komponen optik infrared.
Emerald
Emerald adalah jenis batuan beryl yang paling berharga. Emerald
memiliki warna hijau yang kuat dan memendarkan cahaya yang begitu cantik. Batu
emerald yang paling baik bahkan memiliki harga melebihi harga berlian, namun
sangat tidak mudah menemukan emerald yang sempurna.
Aquamarine artinya air dan lautan. Batuan ini termasuk ke dalam jenis
batuan baryl yang memiliki warna semburat biru; dari biru pucat hingga
biru kehijauan. Aquamarine termahal adalah yang berwarna biru aqua yang pekat
yang biasa ditemukan di Brazil.
Rubi
Batu ini terbentuk dari mineral yang disebut korundum, terdiri dari oksida
aluminium. Warna merah disebabkan oleh jejak kromium, sementara semburat
cokelat terjadi karena pengaruh zat besi. Rubi paling berharga adalah yang
berwarna merah dengan semburat biru.
(disunting dari “Kilau Batu Berharga” dalam Nova, 24—30 September
2012)
b.
Argumentasi (Bahasan)
Tulisan ini bertujuan untuk
meyakinkan atau mengubah pendapat pembaca
atas suatu pendapat, ideologi,
doktrin, sikap, atau tingkah laku tertentu.
Dalam tulisan yang bersifat ilmiah, jenis karangan
ini biasanya digunakan
oleh penulis karena sebuah karya
ilmiah harus dapat meyakinkan pembaca
atas
topik yang diuraian
penulisnya. Dengan demikian,
penulis harus
menyusun karangannya secara logis
dengan alasan atau data yang mampu
meyakinkan pembaca. Di bawah ini
adalah contoh karangan argumentasi.
Terkini
Salah satu kosakata sangat aneh dalam bahasa Indonesia
yang banyak digunakan oleh media elektronik, terutama televisi, adalah
‘terkini’. Sejumlah stasiun televisi menggunakan kata itu dengan berbagai
variasi ‘Kabar Terkini’, ‘Terdepan dan Terkini’, ‘Indonesia Terkini’, dan
lain-lain.
Adakah yang
lebih kini sehingga ada yang terkini? Adakah waktu bisa kita tangkap, kita
bekukan, menjadi kini yang berhenti, statis, membeku, kemudian kita bikin yang
lebih kini bernama terkini? Kini, kemarin, ataupun esok adalah momen yang tak
mungkin kita tangkap. Begitulah absurditas waktu. Hanya tubuh kita yang menjadi
bukti dan saksi yang menangkap jejak waktu. Bayi bertumbuh
Bukan karena
bahasa Indonesia tak mengenal tenses lalu kita boleh memakai kosakata dengan
logika sembarangan. Melath logika, melatih otak, bahkan melatih tubuh—tangan
kita pun sebenarnya bisa mengingat apa yang tak diingat oleh otak kita—adalah
bagian bagian dari melatih kesadaran. Tiadanya kesadaran membuat jagat kecil,
yaitu dari kita, menjadi morat-marit. Korupsi dan segala kejahatan turunannya
adalah parihal diri manusia yang kacau.
(Disunting dari “Terkini” oleh Bre Redana dalam Kompas
Minggu, 20 Desember 2012)
c.
Persuasi (Ajakan)
Karangan persuasi adalah karangan yang tertujuan
meyakinkan pembaca, membuat pembaca percaya, atau membujuk pembaca atas apa
yang dikemukakan oleh penulis. Yang dikemukakan itu dapat saja berupa fakta,
produk, pendapat, hingga ideologi tertentu. Bidang yang paling banyak menggunakan
jenis karngan ini adalah dunia periklanan. Kata ‘persuasi’ berasal dari kata
Inggris ‘to persuade’ yang bararti ‘membujuk’ atau ‘meyakinkan’. Bentuk
nominanya adalah ‘persuation’ yang kemudian dipungut ke dalam bahasa
Indonesia menjadi ‘persuasi’ (Finoza, 2008: 247). Karangan persuasi dapat
dogolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu (1) persuasi politik, (2) persuasi
pendidikan, (3) persuasi advertensi, dan (4) persuasi propaganda. Di bawah ini
adalah contoh persuasi dalam iklan.
Energhi
(untuk Perlindungan Kulit Anda di Tanah Suci)
Persiapkan perawatan khusus kulit, wajah dan tubuh
Anda saat menuju tanah suci dengan Energhi. Sehingga kondisi
cuaca, suhu dan udara yang ekstrim tidak mengganggu kekhusuan ibadah haji Anda.
Energhi Skin Care package akan menjaga dan melindungi kulit Anda
tetap lembab, sehat dan alami.
d.
Narasi (Kisahan)
Narasi atau
kisahan adalah karangan
yang menceritakan sesuatu
baik
berdasarkan pengamatan
maupun pengalaman secara
runtut. Sebuah
karangan narasi akan berusaha
mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian
secara kronologis
(Keraf, 1997: 109).
Penulisan narasi yang
bak
membutuhkan tiga hal, yaitu (1) kalimat pertama dalam
paragraf harus menggugah minat pembaca, kejadian disusun secara kronlogis, dan
(3) memiliki fokus pada tujuan akhir yang jelas (Utorodewo, dkk, 2004: 65).
Selanjutnya, Utorodewo, dkk (2004: 65) mengemukakan bahwa sebuah karangan
narasi akan tersusun dengan baik apabila menggunakan:
(1)
keterangan
waktu,
(2)
keterangan
yang berkaitan dengan pekerjaan atau peristiwa, dan
(3)kata-kata peralihan yang mengungkapkan kaitan pikiran,
kaitan waktu, dan kaitan hasil, dan pertentangan.
Ditinjau dari
sifatnya, narasi terdiri
atas dua jenis,
yaitu (1) narasi
ekspositoris atau narasi faktual, dan (2) narasi sugesti atau narasi berplot
(Finoza, 2008: 238). Yang dimaksud dengan narasi
ekspositoris adalah yang
bertujuan memberikan informasi kepada pembaca agar
pengetahuan yang
bersangkutan bertambah luas, sedangkan narasi sugesti
adalah narasi yang
ditujukan
memberikan makna kepada
pembaca melalui imajinasinya.
Di
bawah ini adalah contoh narasi sugestif.
Dulu, musim hujan pertama itu, ketika anakku dan aku baru pindah kemari,
Monang masih rajin datang. Setiap hari raya—Natal, Paskah—dan tentu hari ulang
tahunku.
Ya, artinya ia selalu datang sehari sesudahnya.
Mungkin ia malu bertemu dengan keluargaku. Jadi selalu diusahakannya agar
datang sesudah mereka pergi. Mengelakkan senyum dingin yang terarah kepadanya,
yang lebih melukai dari seribu tuduhan. Melarikan diri dari pandangan penuh
arti, yang lebih keras memukul daripada tinju kepal.
Keluargaku tak pernah memaafkkannya. Barangkali mereka
tak sanggup menerima bahwa aku sendiri sudah lama mengampuninya. Mereka tidak
bisa mengerti bahwa aku sanggup tetap mengasihi orang yang telah mengucilkanku
kemari.
Kalau bukan karena Monang, tentu aku pun sudah menjadi
tokoh masyarakat sekarang. Namaku dan potretku tentu sering muncul di surat
kabar. Perbuatanku dan pemikiranku tentu dianggap turut membangun masyarakat,
turut mengarahkan terlaksananya cita-cita mereka.
Sekarang... teman-temanku pun sudah lupa padaku.
Karena perbuatan Monang aku menjadi begini... . Tetapi aku sudah lama
mengampuninya.
Keampunan dosa—bukankah itu inti sari agamaku?
Kuyakinkan
bahwa Allah Maha Pemurah, mengampuni dosa sekeji apapun. Ia sudah mengampuni
aku. Aku yakin betul bahwa dosaku
Hukumammu sudah cukup berat, Monang. Aku takkan
menambah sekerikil pun atas bebanmu.
Karena pernah kita begitu berbahagia bersama-sama.
Menghayati bersama-sama kecerahan hari hidup kita. Lalu badai menyambar
kita—sehingga kita terpisah kini. Tetapi itu bukan cuma salahmu, Monang. “Badai
meniupkan kapal-kapal ke mana nakhodanya tak berhasrat pergi,” kata suatu
pepatah kuno. Kapalku kandas, sedangkan kapalmu berlayar terus tanpa harapan.
Ya, sekalipun kau tak pernah mengunjungiku akhir-akhir
ini, Monang, sedikit-dikitnya itu kuketahui betul: kau hidup tanpa harapan.
Kasihan Monang...
Dari rumahku yang kecil di luar kota, kukirimkan rasa
ibaku kepadamu di rumahmu yang mewah di tengah kota. Bagaikan burung pipit yang
hinggap di jendela, memandang bangkai cenderawasih yang kau pajang d atas
lemarimu.
Dan kalau sampai kau lihat burung pipit itu, Monang,
ingatkah kau padaku?
Pada Raumanen, cinta pertamamu?
(Dicuplik dari novel berjudul Raumanen karya Marianne Katoppo,
diterbitkan oleh Metafor Publishing, Jakarta, 1977, hlm. 3—4)
e.
Deskripsi (Lukisan)
Deskripsi merupakan jenis karangan
yang menggambarkan bentuk objek
pengamatan dari aspek rupa, sifat,
rasa, atau corak sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya selain menggambarkan perasaan bahagia, takut,
sepi,
sedih, atau genbira.
Tujuan karangan ini
adalah membantu pembaca
membayangkan apa yang digambarkan
tersebut (Utorodewo, dkk, 2004: 65).
Seorang penulis yang hendak menulis karangan
deskriptif haruslah teliti,
cermat, dan
kreatif memilih kata-kata
sehingga pembaca dapat
membayangkan objek yang dilukiskan tersebut. Agar
sampai pada tujuan tadi,
seorang penulis harus mengambil
sikap tertentu terhadap objek yang akan
dilukiskannya. Ada dua pendekatan
yang bisa diambil oleh penulis dalam
mendeskripsikan sesuatu,
yaitu pendekatan realistis
dan pendekatan
impresionalistis.
1. Pendekatan Realistis
memotret sebuah objek melalui kameranya. Dengan kata
lain, penulis
harus bersifat objektif, tidak dibuat-buat, atau apa
adanya. Perhatikan
contoh berikut.
Orang Bugis berbagai ciri khas yang sangat menarik. Mereka mampu mendirikan
kerajaan-kerajaan yang sama sekali tidak mengandung pengaruh India, dan tanpa
mendirikan kota sebagai pusat aktivitas mereka. Orang Bugis juga memiliki
tradisi kesusastraan, baik lisan maupun tulisan. Berbagai karya sastra tulis
yang berkembang seiring dengan tradisi lisan, hingga kini masih dibaca dan
disalin ulang. Perpadun antara tradisi lisan dan tulis ini kemudian
menghasilkan salah satu epos sastra terbesar di dunia, yakni La Galigo
yang lebih panjang dari Mahabharata.
(dicuplik dari Manusia Bugis karya Christian Pelras, hlm. 4)
2. Pendekatan Impresionistis
Sesuai dengan namanya, pendekatan impresionistis bertujuan menimbulkan
kesan dalam diri pembaca sesuai dengan impresi penulis karena pelukisan
bertolak dari sudut pandang penulis. Jadi, sifat pendekatan ini subjektif.
Perhatikan cuplikan cerita di bawah ini.
Sepasang
burung bangau melayang meniti angin, berputar-putar di langit. Tanpa sekalipun
mengepakan sayap, mereka mengapung berjam-jam lamanya. Suaranya melengking
seperti keluhan panjang. Air. Kedua unggas ini telah melayang beratus-ratus
kilometer mencari genangan air. Telah lama mereka merindukan amparan lumpur
tempat mereka mencari mangsa: latak, ikan, udang, atau serangga lainnya.
Namun kemarau belum usai. Ribuan hektar sawah yang mengelilingi Dukuh Paruk
telah tujuh bulan kerontang. Sepasang burung bangau itu takkan menemukan
genangan air mesi sebesar telapak kaki. Sawah berubah menjadi padang kering
berarna kelabu. Segala jenis rumput mati. Yang menjadi bercak-bercak hijau di
sana-sini adalah kerokot, sajian alam bagi sejala jenis belalang dan
jangkrik. Tumbuhan jenis kaktus ini justru hanya muncul di sawah justru sewaktu
kemarau berjaya.
Di bagian langit lain, seekor burung pipit sedang berusaha mempertahankan
nyawanya. Dia terbang bagai batu lepas dari ketepel. Sambil menjerit
sejadi-jadinya. Di belakangnya seekor
alap-alap mengejer dengan kecepatan berlebih. Udra
yang ditempuh kedua binatang itu membuat udara desau. Jerit pipit kecil itu
terdengar ketika paruh alap-alap menggigit kepalanya. Bulu-bulu halus
beterbangan. Pembunuhan terjadi di udara yang lengang, di atas Dukuh Paruk.
(dicuplik dari Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, hlm. 9)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar